keluar dari stasiun jatinegara, gak tau harus berbuat apa, nunggu jemputan udah pasti gak bisa karena yang disuruh njemput masih di bandung. yeah akhirnya aku menemukan sebuah musholla di sebrang statsiun, lumayan bisa sholat subuh sekalian mengatur planning selanjutnya. beberapa menit kemudian, akhirnya kita menemukan sebuah solusi untuk menuju destnasi selanjutnya, yaitu kontrakannya alumni, sebut saja mabun. selanjutnya, cerita akan saya skip dan anggap saja kita udah nyampe di mabun. ngeng..
sekitar jam 10n, kami memutuskan untuk langsung ke depok, survey lokasi. Sesuai saran, kami akhirnya naik KRL ekonomi tujuan bogor. dan sesuai saran juga, kami harus turun di stasiun depok baru. okelah, chalenge accapeted. karena kita tidak tahu kereta mana yang nantinya kan kita naikin, dan saking banyaknya kereta yang lewat, maka setiap ada kereta yang lewat kita selalu naya ke security, "ini pak keretanya?". untuk yang ketiga kalinya, kita tidak tanya sapam lagi kaena malu sudah sering tanya, maka kita tanya mas - mas yang akan naik kereta juga, dan yan terakhir ini adalah kereta yang akan kita naiki.
Inilah pertama kali kami naik KRL, sumpek, itulah kesan pertama kami naik KRL. disuasana sumpek seperti itu, ada aja yang bawa barang gede banget. tp gapapalah, itu kan hak mereka, he he. tak lebih dari 30 menit, sampailah kereta ke stasiun depok baru. sampai disini, kami langsung menghubungi bapaknya, dan kita disarankan untuk naik taxi dan uangnya dibayari bapaknya. tetapi setelah keluar dari stasiun gak ada satupun taxi yang nangkring disitu.Akhirnya kami jalan terus sampe ITC depok, tp gak ada juga taxi. kalaupun ada taxi, itupun jarang banget dan pasti sudah ada penumpanya taxinya, oh shit. Kami terus berjalan dan sampailah kami di depan Kantor walikota depok, disini mulai banyak taxi yang lewat, tetapi kebanyakan penuh kalaupun gak penuh, pasti taxinya gak mau berhenti,mmungkin karena tampang kami yang gak meyakinkan untuk naik taxi kali ya?
Sampai pada suatu saat kami kembali ke stasiun untuk mencoba melihat di sisi stsiun satunya. tetapi di sisi sebaliknya ini malah lebih sedikit kemungkinan untuk adanya taxi. tapi kami gak menyerah, kamu terus berjalan dan terus berjalan hingga menemukan sebuah masjid untuk sekedar melepas lelah. Lama kemudian, setelah sholat dzuhur akhirnya ada taxi yang mau mengangkut kami. Setelah menunjukkan alamat yang akan kami tuju, ngakunya sih supirnya gak tau alamat itu. yasudah akhirnya kami menelpon bapaknya agar bisa ngobrol sama supirnya untuk menunjukkan arah mana aja yang akan dituju. tetapi sopirnya sempat kebablasan sama arah yang dituju, alhasil argonya sampai 75rb, padahal itu bisa separonya udah nyampe lokasi yang dituju.shi...t.
Dijiplak dari Kisah Nyata Dimas dan Nizar
0 komentar:
Posting Komentar